
Kekerasan psikis seperti kekerasan
verbal, sangat sulit dibuktikan walaupun dampaknya pada korban sama besar
dengan kekerasan fisik. “Seorang anak yang mengalami kekerasan verbal di
keluarganya, biasanya akan tumbuh menjadi seseorang yang memiliki kepercayaan
diri rendah,” terang psikolog Joice Manurung, C.Ht, Cha.
Kekerasan verbal atau verbal abuse,
lanjut Joice, juga dapat dilakukan oleh suami atau istri. Biasanya, kekerasan
verbal ini dilakukan sebagai cara untuk memperlihatkan kekuasaan. “Perkataan
yang diucapkan pun tidak selalu bersifat kasar, bisa jadi secara halus namun
efeknya menjatuhkan mental. Oleh karena itu, umumnya pelaku kekerasan verbal
adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi.”
Psikolog yang juga konsultan dan
terapis ini, tampil sebagai pembicara dalam acara peluncuran buku “Setelah 17
Tahun” karya Noorca M. Massardi pada Sabtu, 17 September lalu. Dalam novel
ketujuhnya, wartawan senior yang juga sastrawan ini mengangkat sebuah kisah
nyata mengenai seorang wanita yang berani bersikap setelah 17 tahun
terperangkap dalam pernikahan penuh kekerasan verbal yang dilakukan suaminya.
Menikah, ternyata tak menjadikan
Putri Maulida – tokoh utama di novel ini, keluar dari jeratan kekerasan verbal
yang sebelumnya dilakukan oleh kakak laki-lakinya sendiri. Hinaan dan celaan
kakaknya, menjadikan Putri tumbuh menjadi wanita yang rendah diri. Kondisi ini
diperparah dengan sikap kedua orangtuanya yang kurang perhatian karena sibuk
bekerja.
Suaminya, Alfian, ternyata tak
lebih baik dari sang kakak. Selama 17 tahun, Putri berusaha menahan semua
penderitaan batin tanpa dapat berbuat apa-apa. Namun ketika sikap suaminya tidak
juga berubah setelah anak-anak lahir, dan saat sikap suaminya mulai
mempengaruhi kejiwaan anak-anaknya, pada saat itulah akhirnya Putri memantapkan
sikapnya untuk bercerai.
Novel psikologis ini ditulis layaknya
catatan harian yang berisi tumpahan perasaan sang tokoh. Dalam buku ini, Noorca
menggugah pembaca untuk ikut merasakan dilema yang dialami oleh tokoh utamanya.
Bagaimana perang batin yang dialami Putri untuk terus bertahan hingga 17 tahun.
Sebuah kisah yang menyentuh dan diharapkan dapat membuka mata hati dan
inspirasi pembacanya untuk ikut menghentikan kekerasan verbal.
(Foto dok: Rayni
Massardi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar