Beberapa waktu lalu, aku nonton film Perancis, judulnya "Mon
Meilleur Ami" atau My Best Friend. Kisahnya menarik banget, tentang
seorang pemilik toko antik bernama Francois yang bertaruh sebuah vas antik
dengan rekan kerjanya. Taruhannya, Francois harus bisa menunjukkan kalau
ia punya seorang teman baik dalam waktu 10 hari.
Sebenarnya Francois tidak punya teman baik. Sebagai orang yang
mandiri, orang-orang disekitarnya tak pernah ia perhatikan. Kalau pun ada yang
ia kenal, umumnya mereka dekat karena urusan bisnis, bukan pribadi. Bahkan pada
anaknya sendiri pun, ia terkesan tidak peduli. Tak heran bila selama 10 hari
itu, Francois kelimpungan ke sana kemari, mencari cara agar bisa punya teman,
baik lewat buku hingga seminar. Sampai suatu hari ia bertemu dengan Bruno,
tukang taksi yang supel yang mengajarinya bagaimana seorang teman baik
seharusnya.
Film ini membuat saya berpikir, apakah saya punya teman yang akan datang bila suatu saat saya dipanggil pulang oleh Ilahi. Siapa sajakah yang akan mengantar saya terakhir kalinya hingga ke makam. Siapa seseorang yang akan bersedia mengangkat telepon saya tengah malam, saat
saya membutuhkan pertolongan. Siapa yang akan bersedia berkorban hingga batas kemampuannya, saat saya
memerlukannya. Siapa?
Bila ada, dialah yang disebut teman baik, teman yang ada di saat senang maupun susah.
Orang yang dengan tulus ikhlas membantu dan menemani, tanpa minta balas
secara materi. Seseorang yang tak minta imbalan saat memerlukan
pertolongan. Bukan juga pasangan atau kekasih yang mengharap balasan cinta dan
kasih sayang. Adakah?
Saya jadi ingat ketika berada dalam kesulitan, saya mengontak beberapa
orang yang saya anggap bisa di percaya. Luar biasa, ternyata dari sekian banyak
yang saya kontak, hanya satu orang saja yang muncul.
Dari sekian banyak teman, hanya segelintir saja yang bisa disebut sebagai teman
baik atau sahabat. Saya jadi kembali bersyukur, meski tak memiliki banyak, saya
masih diberi sahabat. Memang menjaga persahabatan tak mudah, kadang mengalami kebosanan, pertengkaran, tapi juga ada kerinduan dan kasih
sayang tak terbilang yang sulit dihilangkan.
Setidaknya saya tak perlu seperti Francois yang kebingungan mencari teman baik,
karena tak satupun orang yang ia kenal menganggapnya teman baik. Saya pun berharap, sahabat saya yang nantinya ikut mengantarkan hingga tempat
peristirahatan terakhir. Tetap mau menerima telepon bahkan saat tengah malam, saat membutuhkan bantuan. Berharap tetap mengusahakan yang terbaik yang bisa ia lakukan, apabila saya memerlukan
pertolongan...
Teman baik mungkin terdengar sepele, tapi Francois dan saya sudah pernah
merasakan sulitnya mencari definisi dan orang yang bisa disebut teman baik. Terkadang, saya sering lupa dengan orang-orang di sekitar yang sudah melakukan
yang terbaik untuk saya. Karena itu, sepulang menonton film ini, saya jadi
kembali merefleksi diri. Siapa nama-nama yang bisa saya masukkan ke dalam
daftar "teman baik" yang bisa saya andalkan, dan orang-orang yang
telah mengandalkan saya saat mereka membutuhkan pertolongan. Karena teman baik
tak hanya menerima, tapi juga memberi, seperti halnya Francois dan Bruno...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar